3 July 2024
Paslon-Ganjar-Mahfud-Slank
Paslon-Ganjar-Mahfud-Slank

TPN Ganjar-Mahfud Sebut Selamatkan Negara Dari Kepongahan Kekuasaan

Menurut Mohammad Choirul Anam, Direktur Juru Kampanye Tim Pemenangan Nasional (TPN), Ganjar Pranowo – Mahfud MD, negara harus berhati-hati saat mahasiswa dan guru bergabung untuk memprotes kekuasaan yang dianggap melanggar prinsip demokrasi.

“Pengalaman sudah terjadi di Amerika Latin, misalnya kejatuhan rezim otoriter Rafael Trujillo di Dominika, begitupula runtuhnya diktator militer di Portugal,” kata Choirul Anam saat menjadi narasumber dalam diskusi media yang bertema “Gerakan Intelektual Kampus dan Netralitas Presiden beserta Aparatur Negara dalam Pemilu 2024” di Media Center Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo – Mahfud MD di Cemara, Jakarta, (5/2).

Anam hadir dalam diskusi ini bersama Ikrar Nusa Bhakti, profesor riset di LIPI, dan pengamat kebijakan publik Yanuar Nugroho. Diskusi ini dipandu oleh Tomi Aryanto, Direktur Eksekutif Kominfo dan Jubir TPN.

Komisaris Komnas HAM 2017–2022 ini menyatakan, “Kita harus menggalang upaya inisiasi penyelamatan agar negara ini tidak menjadi demokrasi yang gagal. Karena itu, kita harus selamatkan Indonesia dari kekuasaan yang pongah.”

Anam, aktivis Gerakan 1998, mengungkapkan bahwa ada kesamaan menarik antara peristiwa politik yang terjadi pada tahun 1998 dan 2024. Kampus menangkap suara dan fenomena masyarakat. Menurutnya, perbedaan mahasiswa saat ini adalah bahwa mereka tidak lagi bergerak di jalan, tetapi lebih banyak menggunakan postingan dan sosial media mereka.


BACA JUGA : Banjir Dukungan Di Jakarta, Pedagang Dan Guru Ngaji Sosialisasikan Ganjar-Mahfud

Anam mengatakan dia kesal dengan kepongahan yang terus-menerus saat ini hingga muncul gerakan “Yang Penting Bukan 02”. Gerakan ini muncul karena proses politik, dimulai dari istilah “Mahkamah Keluarga” yang menghancurkan tatanan hukum. Setelah itu, prosedur itu dilanjutkan dengan cara yang pongah hingga terjadi pembagian di depan istana.

Anam mengkritik pembagian bansos besar-besaran sebagai praktik “politik gentong babi” atau “politik pork barrel”, di mana calon pemimpin memberikan uang atau barang kepada masyarakat untuk memikat pemilih sekaligus mendulang suara.

Bukan masalah membagi bansos, tetapi bagaimana merusak birokrasi. Dia menekankan bahwa meskipun birokrat kritis dianggap tidak netral, akhirnya dia sendirilah yang tidak netral.

Khususnya, Anam mendorong orang-orang untuk menggunakan hak mereka untuk memilih calon pemimpin yang tepat pada Pemilu yang akan datang pada 14 Februari 2024.

Anam mengakhiri dengan mengatakan, “Hanya hati nurani yang jernih, yang bisa menghayati pernyataan sikap para guru yang sudah memberikan nasihat pada kita semua ini.” Dia kemudian menyanyikan lagu “Terima Kasih Guruku” untuk mengapresiasi sikap guru dan guru besar.


BACA JUGA : Relawawn GPGP NTT Genjot Maksimalkan Sosialisasi Ganjar-Mahfud

Loading

Silahkan Telusuri

Kolaborasi Jadi Kunci Ruang Digital Damai Selama Pemilu 2024

JAKARTA, IKNpost – Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria mengungkapkan bahwa kolaborasi dari …