3 July 2024

Hari Tanpa Bayangan Sapa Indonesia, Cuaca Bakal Lebih Panas?

Sejumlah wilayah Indonesia bakal mengalami fenomena hari tanpa bayangan periode pertama 2024, imbas pergerakan semu Matahari di sekitar Khatulistiwa. Apakah fenomena ini bakal membuat suhu lebih panas?
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan menjelaskan hari tanpa bayangan yang akan terjadi di wilayah Tanah Air tak akan memicu cuaca panas terik.

Pasalnya, sekarang Indonesia masih berada pada musim hujan yang membuat awan-awan masih menyelimuti langit.

“Walaupun matahari berada tegak lurus, kalau ada awan suhu tidak terlalu panas,” kata Eddy pada Kamis (22/2), mengutip Antara.

Baca Juga : Dua Matahari di Mentawai Bukan Tanda Kiamat, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Hari tanpa bayangan merupakan fenomena ketika Matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat, fenomena itu disebut sebagai kulminasi utama.

Posisi Indonesia berada di ekuator, sehingga kulminasi utama Indonesia terjadi dua kali dalam setahun denhan waktu yang tak jauh dari saat Matahari berada di khatulistiwa.

Kulminasi utama terjadi saat deklinasi Matahari sama dengan lintang kota tersebut.

Khusus untuk kota Jakarta, fenomena ini akan terjadi pada 4 Maret 2024, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 12.04 WIB. Fenomena ini juga akan terjadi pada 8 Oktober 2024, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 11.40 WIB.

Menurut data BMKG, wilayah Indonesia yang sekarang mengalami hari tanpa bayang berada di wilayah Nusa Tenggara Timur.

Eddy menyebut Pulau Jawa berpotensi terkena dampak kenaikan suhu udara saat fenomena hari tanpa bayangan. Wilayah yang akan terdampak adalah Pantai Utara Jawa, terkhusus Jakarta, Semarang, Pekalongan, hingga Pemalang.

Suhu udara bagian utara sekitar 29, 30, dan 31 derajat Celcius. Sementara di Bandung sekitar 27, 28, dan maksimal 29 derajat Celcius.

Meski demikian, peningkatan suhu ini tidak akan terlalu berdampak karena banyak tutupan awan.

“Panas tidak? Sebenarnya panas, tetapi awan-awan masih banyak. Jadi, awan-awan melindungi. Jangan bayangkan Indonesia seperti di Timur Tengah yang tidak ada awan-awan,” ujar Eddy.

Lebih lanjut, Eddy mengatakan gerak semu matahari saat menjelang garis ekuator juga tidak akan menyebabkan gelombang panas atau heat wave.

Cuaca panas tinggi biasanya terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus saat Indonesia mengalami musim kemarau. Saat itu laut dan daratan akan menyerap panas matahari secara maksimal karena langit memiliki tutupan awan yang minim.

Loading

Silahkan Telusuri

Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar

Pimpinan DPR Meminta Revolusi Sistem Siber Indonesia Akibat Munculnya Judi Online

JAKARTA, IKNpost – Wakil Ketua DPR Abdul Muhaimin Iskandar, juga dikenal sebagai Cak Imin, meminta …