3 July 2024

Dua Matahari di Mentawai Bukan Tanda Kiamat, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Peneliti Meteorologi di Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Deni Septiadi menjelaskan Matahari yang tampak menjadi dua di Mentawai, Sumatera Barat adalah fenomena optik bernama sundog atau parhelion.


“Itu namanya ‘sundog’ atau ‘parhelion’, fenomena optik atmosfer yang merupakan jenis ‘halo’ matahari,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Minggu (25/2).

Sebelumnya, jagat maya diramaikan oleh video penampakan dua Matahari, salah satunya diunggah akun @awreceh.id. Dalam video yang diunggah di Instagram ini, beberapa orang tengah berada di atas kapal di tepi laut dan melihat dua Matahari.

Baca Juga : Sampai Kapan Musim Hujan 2024 Guyur RI?

“Matahari kedua ini. Jadi Matahari yang pertama ini. Berbahaya ini. Entah apa yang terjadi ini,” ujar orang dalam video tersebut sambil mengambil gambar dua Matahari yang dimaksud.

Sejumlah netizen mengomentari fenomena itu, ada yang melihat dari aspek sains, ada pula yang melihatnya sebagai hiburan hingga pertanyaan soal tanda-tanda akhir zaman alias kiamat.

Menurut Deni, peristiwa itu sepenuhnya fenomena optik atmosfer. Ini terjadi akibat adanya perbedaan kerapatan atmosfer.

“Perbedaan densitas atau kerapatan atmosfer mengakibatkan difraksi cahaya matahari dipantulkan oleh kristal es akan menghasilkan dua titik cahaya di sekitar matahari sehingga akan tampak sebagai matahari kembar pada perspektif pandangan kita yang ada di permukaan,” jelasnya.

Deni mengatakan fenomena sundog lazim terjadi saat perbedaan kontras kondisi hujan dan panas atau iklim yang dingin dan cukup lembap pada suatu tempat di mana awan-awan tinggi jenis cirrus memiliki kristal es terdifraksi oleh cahaya matahari.

Selain adanya kristal es pada awan cirrus dan kondisi iklim yang dingin, munculnya sundog disebut biasa terjadi saat matahari rendah di langit. Matahari rendah sendiri terjadi saat dekat waktu matahari terbit atau terbenam.

“Ini posisi yang paling ideal terjadi halo,” tutur Deni.

Lebih lanjut, kata Deni, fenomena sundog adalah murni fenomena optik akibat pemantulan cahaya dan tidak terkait dengan penanda cuaca ekstrem ataupun badai.

“Namun demikian, keberadaan awan cirrus merupakan petunjuk adanya perubahan cuaca di atmosfer ke depannya. Meskipun dalam beberapa kasus, pertumbuhan awan cirrus yang masif dan kompleks melibatkan cuaca ekstrem,” pungkasnya.

Loading

Silahkan Telusuri

Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar

Pimpinan DPR Meminta Revolusi Sistem Siber Indonesia Akibat Munculnya Judi Online

JAKARTA, IKNpost – Wakil Ketua DPR Abdul Muhaimin Iskandar, juga dikenal sebagai Cak Imin, meminta …