3 July 2024
DENNY JA: GOLKAR DAN PSI BEREBUT “EFEK JOKOWI?

DENNY JA: GOLKAR DAN PSI BEREBUT “EFEK JOKOWI?

Kita perlu membedakan “efek Jokowi” terhadap calon presiden dan partai. Kenapa? Prabowo-Gibran akhirnya menjadi satu-satunya kandidat capres yang memiliki efek Jokowi. Penambahan suara Prabowo-Gibran juga disebabkan oleh migrasi dan eksodus besar-besaran pemilih Jokowi dari Ganjar Pranowo, sebagai akibat dari blunder fatal yang dilakukan oleh timnya sendiri.

Di dunia partai dalam pemilu legislatif, “Jokowi’s effect” ini berbeda. Di dunia partai yang bertarung, ada Gerindra, Golkar, PAN, dan juga PSI. Semua partai ini memainkan efek Jokowi.

Misalnya, Golkar mengeluarkan banyak iklan yang membahas hubungan Golkar-Jokowi dan Jokowi-Golkar. Iklan-iklan ini diulang-ulang menjelang pemilihan 14 Februari 2024. Hasilnya, pengaruh Jokowi terhadap peningkatan Golkar sangat terasa.

Ini juga berlaku untuk PAN. Partai ini sangat dekat dengan Jokowi, bahkan saat membagikan bansos, dikatakan, “Ini bansos dari Jokowi, ya. Jangan lupa.”

PSI sendiri mengalami peningkatan suara dibandingkan dengan Pileg 2019. Namun, peningkatan dukungan untuk PSI tidak signifikan ke angka melampaui 4% untuk memenuhi ambang parlemen.

Baca Juga : Hasil Verifikasi Lapangan dari Bawaslu Menunjukkan Bahwa Tidak Ada Penggelembungan Suara PSI

Mengapa PSI tak mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar dari Jokowi? Bukankah ketum PSI juga putra Jokowi?

Dengan banyak partai yang berebut efek Jokowi, efektivitas mesin politik partai yang menjadi penentu. Mesin Golkar dan PAN lebih kuat, lebih besar, lebih berpengalaman, dan lebih lihai daripada PSI.

Akibatnya, PSI hanya menerima sebagian kecil efek Jokowi, sedangkan Golkar dan PAN menerima efek yang jauh lebih besar. Dalam konteks partai, Golkar adalah yang paling menikmati efek Jokowi.

Sebutkan “The TOP 3” pemenang pemilu 2024? Jawabannya tegas dan tanpa keraguan. Prabowo dan Gibran adalah pemenang pertama, dengan kemenangan telak satu putaran.

Jokowi menjadi pemenang kedua karena legacy Jokowi diteruskan oleh pasangan Capres dan Cawapres yang dipilihnya, yang menang dalam Pilpres 2024.

Pemenang ketiga adalah Partai Golkar. Meskipun dukungan untuk PDIP lebih besar dibandingkan Golkar pada Pileg 2024, namun dukungan untuk PDIP justru menurun dibandingkan dengan Pileg 2019.

Sebaliknya, meskipun Golkar masih berada di bawah PDIP di Pileg 2024, dukungan untuk Golkar meningkat paling banyak dibandingkan dengan Pileg 2019. Bahkan dukungan untuk Golkar di Pileg 2024 lebih besar daripada Gerindra. Ini adalah kenyataan yang tidak biasa.

Baca Juga : Hasil Verifikasi Lapangan dari Bawaslu Menunjukkan Bahwa Tidak Ada Penggelembungan Suara PSI

Kenapa Prabowo tidak memberikan efek yang signifikan bagi Partai Gerindra? Bukankah Prabowo itu sangat berjaya, dan Gerindra adalah partainya Prabowo sendiri.

Jawabannya: Manuver para caleg, calon legislatif di tingkat nasional. Permainan para caleg Golkar jauh lebih baik, lebih canggih, dan lebih efektif pada seminggu terakhir sebelum hari pencoblosan 14 Februari 2024. Itu karena mereka memiliki lebih banyak pengalaman.

Hal tersebut mengakibatkan Golkar mendapatkan lebih banyak efek dari Jokowi daripada Gerindra dari efek Prabowo.

Mengapa sebuah partai politik dipilih oleh warga? Apa motif warga memilih partai itu? Ada dua penyebab.

Pertama, identitas partai dilihat dari pengalaman pribadi warga. Baik Golkar, Gerindra, maupun PDIP sudah memiliki kelompok pendukung mereka sendiri. Hadir Party’s ID (Party Identification). Warga telah memilih partai yang sama sejak lama.

Baca Juga : Daftar Partai Politik yang Mencapai 4 Persen Hari Ini

Tapi temuan survei LSI Denny JA, 30% dukungan untuk partai itu disumbangkan oleh para calegnya. Orang memilih partai bukan hanya karena partai itu menarik, tetapi juga karena hadirnya caleg yang kuat pesonanya, geraknya, manuvernya, dan mobilisasinya.

Pertanyaan yang sering keluar dalam survey, partai mana yang paling populer? Acapkali Gerindra mengalahkan Golkar. Tetapi pada akhirnya, Golkar justru mengalahkan Gerindra.

Kenapa? Ini disebabkan oleh peran yang dimainkan oleh para caleg. Biasanya, caleg Golkar ini lebih mahir, lebih berpengalaman, dan memiliki jam terbang yang lebih tinggi untuk mendapatkan dukungan pemilih.

Jika Kaesang terpilih sebagai Ketum PSI lebih awal, mungkin ada lebih banyak caleg yang memiliki jam terbang untuk datang ke PSI dan akan memberi PSI lebih banyak suara.

Kini sumbangan suara PSI datang dari Kaesang karena bekerjanya efek Jokowi, tetapi tidak sepenuhnya maksimal. Dengan menggunakan “Jokowi’s effect“, caleg Golkar mengalahkan caleg PSI.

Oleh: Denny JA, Pengamat politik

Loading

Silahkan Telusuri

Kolaborasi Jadi Kunci Ruang Digital Damai Selama Pemilu 2024

JAKARTA, IKNpost – Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria mengungkapkan bahwa kolaborasi dari …