8 July 2024
Paslon-Ganjar-Mahfud-Debat-Ke-2
Paslon-Ganjar-Mahfud-Debat-Ke-2

Bawa Tema Cyber Security, Paslon Ganjar-Mahfud Tekankan Seberapa Penting Keamanan Data

Ketua DPP Partai Perindo Bidang Hankam dan Siber Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati mengapresiasi Ganjar-Mahfud, Capres-Cawapres nomor urut 3, atas pernyataannya tentang pentingnya keamanan cyber.

Ia menyatakan bahwa masalah keamanan cyber dan mencegah kebocoran data menjadi perhatian besar bagi banyak negara.

Sebelumnya, Aryo Seno Bagaskoro, Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN), menyatakan bahwa capres-cawapres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, akan berfokus pada peningkatan keamanan cyber dan mencegah kebocoran data selama debat ketiga Pilpres 2024.

Nefo Handayani menyatakan bahwa masalah seperti penggunaan kecerdasan buatan, atau AI, dan algoritma keamanan akan menjadi masalah baru yang akan menarik perhatian Ganjar-Mahfud.

Menurut politikus senior yang dikenal sebagai Nuning, banyak negara sedang mengembangkan kebijakan baru yang berkaitan dengan perpindahan pertahanan yang lebih berfokus pada prinsip interoperabilitas dan efisiensi operasi militer.

Ini sangat penting untuk mengatasi kompleksitas karakteristik ancaman terbaru. Nuning mengatakan kepada wartawan pada Rabu (3/1/2024) bahwa adopsi teknologi terbaru memungkinkan operasi militer berjalan lebih efisien dengan menggunakan sumber daya sehemat mungkin.


BACA JUGA : Perhatian Dengan Pekerja Migran Indonesia, Ganjar Sebut Perlindungan Pekerja Menjadi Masalah

Sebagai pengamat militer, Nuning menyatakan bahwa sistem tanpa penggerak adalah teknologi terkini yang mendominasi pergeseran pertahanan.

Apalagi saat ini, peretasan infrastruktur kritis, pencurian data strategis, spionase, propaganda di media sosial, terorisme, dan berbagai ancaman siber lainnya sudah terjadi di seluruh dunia. Akibatnya, banyak negara tengah membuat rencana untuk menangani ancaman siber.

Dia menyatakan bahwa gelombang kedua Revolusi Militer (RMA) didorong oleh kedua teknologi tersebut, yang berfokus pada ancaman Hybrid Warfare.

Selain itu, Nuning menjelaskan bahwa ciri khas Hybrid Warfare adalah penggabungan strategi perang konvensional dan non-konvensional.

Serangan siber, tekanan ekonomi, tekanan diplomatik, penggunaan aktor non-negara, propaganda di media sosial, dan pemberontakan yang mengakhiri kudeta pemerintahan adalah beberapa contohnya.

Dia juga menyatakan bahwa banyaknya perang kognitif dan persepsi juga membutuhkan pengobatan yang tepat agar tidak menyebabkan disintegrasi bangsa.


BACA JUGA : Berjuang Lawan Koruptor, Mahfud : Koruptor Biasanya Takut Miskin

Loading

Silahkan Telusuri

Kolaborasi Jadi Kunci Ruang Digital Damai Selama Pemilu 2024

JAKARTA, IKNpost – Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria mengungkapkan bahwa kolaborasi dari …