Malaysia juga melaporkan peningkatan kasus COVID-19 setelah Singapura, tetapi angkanya jauh lebih rendah dari Singapura. Tercatat 3.626 kasus dari 19 hingga 25 November, naik dari 2.305 pasien dari 12 hingga 18 November.
Kasus COVID-19 baru di Malaysia meningkat minggu lalu dari 2.305 menjadi 3.636, kata Direktur Jenderal Kesehatan Dr. Muhammad Radzi Abu Hassan.
Dr. Radzi mengatakan bahwa hingga saat ini telah dilaporkan 7.248 klaster. Sebagian besar dari mereka berada di bidang pendidikan.
Tingkat perawatan pasien COVID-19 di fasilitas kesehatan meningkat menjadi 2,9 persen per 100.000 orang pada Juli dari hanya 2 persen pada Juni.
Dia menyatakan, “Angka ini sudah termasuk kasus yang diduga dan terkonfirmasi infeksi.”
Menurut pemerintah, ada empat varian Omicron baru yang teridentifikasi, yang berkontribusi pada peningkatan kasus belakangan ini. Menurut Free Malaysia Today, semua dikategorikan sebagai variant of concern (VoC).
BACA JUGA : Menkes Minta Warga Tidak Panik Terkait Kasus Pneumonia Dari China
Jumlah total kasus infeksi virus SARS-CoV-2 yang dikategorikan sebagai VOC dan varian of interest (VOI) adalah 28.102.
Radzi menyatakan, “Namun, tidak ada perubahan klinis dan tingkat keparahan yang diakibatkannya.”
Varian Omicron baru, pertama kali dilaporkan pada 24 Juli dengan BA.2.86, adalah yang paling umum di Malaysia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Mereka ditemukan melalui skrining gejala dan tidak pernah pergi ke luar negeri dalam waktu 14 hari setelah gejala muncul.
Mereka telah dirawat di rawat jalan dan kondisinya stabil. Terlepas dari peningkatan kasus COVID-19, keadaan masih terkendali. Singkatnya, “Kementerian akan terus memantau situasi dan variasinya.”
Radzi yakin bahwa keadaan dan fasilitas kesehatan di Malaysia masih terkendali meskipun jumlah kasus meningkat. Namun, ia meminta masyarakat dan fasilitas kesehatan untuk tetap waspada.
BACA JUGA : Per 12 November, Kasus MPOX Jakarta Capai 34 Kasus